Wednesday, December 4, 2013

BACK TO THE PAST ( ANGGUN KATALINA_)

Title : Saving Private Abe



     “Aku melihat kematian, Sir. Seseorang di sini akan mati.” ada nada getir dalam kalimat gadis itu.   “Siapa?” tanyaku geli. Apa gadis ini gila sehingga berani bicara seperti itu?
 Siapa yang akan mati?.
Dia menatapku tapi pandangannya berubah gelap “Anda. Anda lah orangnya, Sir.”.
    Oke. Gadis ini memang gila. Aku memang didiaknosa mengalami gejala melancholia, tapi gadis ini yang tidak waras. 
Menyamar sebagai pembantu lalu ke kamarku dan mengatakan akan menyelamatkanku, sekarang dia bilang bahwa aku akan mati.Itu benar-benar di luar akal sehat. 
   “Ini yang kau sebut menyelamatkanku dengan mengatakan aku akan mati? Sungguh brilian. Lalu, aku harus apa? Menyiapkan pemakamanku sendiri?” tanyaku dengan nada satir. 
    “Tidak!Bukan begitu maksudku, Sir! Tolong dengarkan aku!” dia membentakku. Ya Tuhan, gadis itu bahkan berani membentakku. 
   “Tanggal 14 April nanti, Anda jangan kemana-mana. Anda hanya boleh berada disini dan dimanapun dimana Anda tidak lepas dari pengawasan para pengawal Anda. Mengerti, Sir?” ujarnya tegas seperti ucapan ibuku saat menyuruhku untuk menurutinya.  Sudah berani membentakku, sekarang dia malah memerintahku. 
    “Jelaskan kenapa aku harus menuruti omong kosongmu.” ujarku kesal. “Karena tanggal 14 April, Anda akan ditembak oleh seorang aktor gila bernama John Booth. Dia adalah mata-mata pasukan Konfederasi yang membenci kebijakan Anda soal perbudakan. Yah, aku tahu kita sudah lepas dari perang saudara akibat perbedaan pendapat soal budak, tapi sisa-sisa pendukung semakin membenci Anda. Anda akan dibunuh saat Anda dan keluarga menghadiri pertunjukan di Ford’s Theatre.” jelasnya panjang. 
     Aku tertegun. Aku tahu bahwa ada latihan drama disana. Aku memang tertarik melihatnya, sebuah drama berjudul Our American Cousin akan dipentaskan. 
    “Anda akan mengalami luka tembak di kepala karena peluru kaliber 44. Anda akan koma selama sembilan jam dan meninggal keesokan harinya. Maaf Sir atas ucapanku, tapi yakinlah aku sangat mengagumi Anda dan aku tidak mau Anda meninggal secara tragis seperti itu. Sekarang, Anda hanya perlu menangkap si Booth gila itu!” akhirnya tangis gadis itu pecah. 
     Aku menghela nafas “Aku tidak bisa menangkap sembarang orang tanpa bukti. Itu melanggar hukum, lagipula sebagai seorang mantan pengacara, aku bahkan bisa bilang tindakanmu lah yang melanggar hukum.  Kau bisa dihukum berat.”
Gadis itu tercengang, tangisnya terdengar agak lebih keras. Aku geli menatapnya 
      “Tapi aku kan’ bukan pengacara lagi jadi aku tak akan menuntutmu. Nah Nona, siapa namamu?” tanyaku. 
      “Sarah. Sarah Anderson.” jawabnya lemah. 
    “Sarah. Nama yang bagus. Itu nama dua orang wanita yang paling penting buatku. Nama saudariku dan nama ibu tiriku. Keduanya meyayangiku dan menjagaku semenjak ibu kandungku meninggal. Sekarang seorang ‘Sarah’ lainnya berusaha menyelamatkanku. Aku sangat beruntung.” aku tertawa kecil, “Lalu dari mana asalmu?”. 
    Dia terdiam cukup lama sebelum menjawab “Anda akan menganggap ini lucu dan gila, tapi aku berasal dari tahun 2012.”.Aku tertawa  dan berkomentar pelan“Oh, itu memang jawaban lucu dan gila. Tapi jika kau memang berasal dari sana, aku mau tanya bagaimana keadaan negara kita? Apakah masih ada perbudakan?” 
     Gadis itu mengusap matanya dengan saputangan yang kuberikan “Yaah, kita adalah negara yang maju. Menguasai banyak hal dan tidak ada perbudakan atau pembagian kelas berdasar warna kulit. Kita menjunjung tinggi hak asasi manusia. Masalah sosial kita cuma bagaimana menghilangkan sentimen dan paranoid terhadap banyak hal. Tapi tidak ada budak. That’s it.” jawabnya santai.  “Artinya apa yang diperjuangkan olehku dan pasukan Union berhasil? Tidak ada perbudakan dan kita hidup sebagai manusia yang memiliki hak yang sama.”ujarku. 
     “Tapi Sir,kau tak harus mati dengan cara seperti itu! Matilah dengan tenang. Setelah kepergianmu, istrimu akan dibawa ke asylum karena stress akan kepergianmu. Tidakkah kau kasihan padanya?” gadis itu berujar gusar dan aku ikut gusar karena ucapannya. 
     Aku duduk di ranjangku dengan lemah dan berusaha menenangkan diri. Lalu aku menatap gadis itu dan memegang pundaknya “Sarah, Aku kasihan pada Mary karena aku mencintainya. Tapi jika memang keluargaku harus jadi tumbal untuk kesadaran negara ini akan persamaan hak manusia, itu akan sangat pantas. Tapi jika aku tetap hidup dan menangkap mata-mata bernama Booth itu, hal itu akan membuat Booth-Booth lainnya berusaha membunuhku.” jelasku. 
   “Tapi…” Sarah berusaha menjawab tapi kutahan, 
     “Aku pikir, jika aku mati karena kebencian kelompok Konfederasi bukannya akan semakin banyak warga negara ini yang akan bersimpati dan menyadari akan cita-cita awal terbentuknya negara ini? Kebebasan. Kebebasan beragama, kebebasan mencari penghasilan. Kebebasan hidup. Tidak hanya kulit putih tapi semua manusia. Akan kuberitahu, kematian akan membuat sebuah cita-cita semakin penting dan heroik.” aku mengedipkan mata. Sarah diam saja. 
    “Lalu apakah aku jadi terkenal setelahnya?” tanyaku bergurau.
    Sarah tertawa lemah “Ya. Kau terkenal Sir. Salah satu dari tiga presiden terbaik negara ini. Wajahmu saja diukir di gunung.” jawabnya. “Ya ampun, berarti aku bisa mati dengan tenang.” aku tergelak bersamanya, menertawakan diriku yang akan menghadapi kematian dan begitu mudah mempercayai anak ini. 
   “Sir, waktuku tinggal tiga menit lagi. Aku sudah gagal merubah sejarah dan menyelamatkan idolaku dari kematian tragis. Adakah kata-kata terakhir untukku?”. Aku berpikir lalu tersenyum sambil menatap mata gadis itu sungguh-sunnguh 
    “All men are created equal. Kau harus yakin itu.”.
   Sarah tersenyum, “Aku yakin, Sir” setelahnya ada kemilau putih di tubuh Sarah. Seperti butiran debu di lintasan sinar, tubuh Sarah berubah bercahaya. “Sir, sebelum aku pergi, presiden kami saat ini adalah Afro-Amerika yang pertama menjabat sebagai presiden. Dia disumpah memakai alkitab yang sama denganmu saat disumpah menjadi presiden.” Sarah menghilang. 
Aku tercengang.
 Berusaha mengumpulkan kesadaranku yang bertebangan. Aku berbaring menenangkan pikiranku. Mungkin Sarah hanya khayalanku, mungkin dia malaikat yang memberitahukan kematianku, atau dia memang benar-benar dari masa depan. Tapi ada kelegaan dalam diriku. Cita-citaku semenjak menjadi pengacara untuk membela hak para budak tercapai di masa depan.
   “Sarah Anderson, sudah kukatakan jangan main-main dengan time slip machine itu! Sejarah mana yang sudah kau buat berantakan, hah?!” suara yang menggelegar itu mengagetkanku. Memanggilku dengan nama lengkap menandakan dia marah besar. 
   “Aku mencoba membuktikan teori Stephen Hawking bahwa bumi bisa berhenti mengembang dan kembali ke masa lalu serta mampu memperbaiki kesalahan yang dibuat manusia.” jawabku kalem.   “Astaga, ilmuwan itu bahkan meralat teorinya, you damn idiotta! Kau tak bisa mengubah sejarah ataupun berusaha memperbaikinya. Kau akan menciptakan katastropi lainnya,kekacauan yang lebih besar!” bentaknya. 
   “Aku tahu Profesor Farrell. Aku tahu sejarah tidak untuk dirubah walau kita punya kemampuan untuk itu. See, world isn’t changed anyway.” jawabku santai. Profesor Farrell lebih tenang sekarang,  “Ingatkan aku untuk meledakkan benda itu nanti,” ia menunjuk mesin silindris seukuran manusia “Lalu kau tadi kemana?” 
Aku tersenyum 
“Ke tahun 1865. Aku bertemu dengan Abe.”
Di sela-sela Rapat Kabinet Amerika Serikat, 1865.
Abraham Lincoln menikmati obrolan santai dengan para anggota kabinetnya,
 “Kalian tahu, aku bermimpi aneh. Aku bermimpi melihat para pelayat di pemakaman White House. Mereka menangis, Aku bertanya kepada salah seorang pelayat siapa yang meninggal, dan dia menjawab ‘Presiden’” ujar Abraham Lincoln.
 Para anggota kabinet tersentak.
 Abe alias Abraham Lincoln, presiden ke 16 Amerika Serikat tertawa pelan “lalu aku melihat wajahku sendiri di peti mati. Itu mimpi yang hebat, bukan? Mungkin harusnya aku menjadi peramal setelah pensiun dari tugas presiden” jawaban Abraham Lincoln membuat para anggota kabinet salah tingkah, tapi lantas mereka menganggap presiden mereka hanya sedang memiliki rasa humor menakutkan hari itu. Humor yang akan menjadi kenyataan seminggu setelahnya. 
Abraham Lincoln tahu itu bukan mimpi. Seorang Sarah telah memberitahunya.
  

No comments:

Post a Comment