dasar tukang jagal maniak gila
Kakak kost gue,sebut aja Mbak
Peewee ,adalah sosok umur 23 taon didalam tubuh anak 15 taon.
Mungil,putih,manis,rambut kayak Geum Jan Di nya film Drama Korea Boys Before
Flower. Definitely, she's so cute.
But don’t judge the book by its
cover, yah..itu semua hanya kamuflase.
Dia ntu punya hobi yg gak stabil.
Hah?
Eer,dia hobby banget liat film2
thriller bantai2 an. Sebut saja salah satunya, SAW series. Semua film yang
menayangkan pembantaian itu bisa dilahapnya layaknya kita nonton sinetron
(wait, I'm not kindda watching sinetron ya... Cuma wajar nggak sih liat orang
dimutilasi dengan santai??)
Dan dia always pasang wajah 'biasa
saja'. datar. tiss statis gak berubah. lempeng gitu kalo liat film2
pembantaian. Kadang dia berseru senang seakan itu pertandingan bola dimana
moment gol tercipta. Atau kadang komentar dengan saklek “Kenapa harus gitu sih?
Coba kalo korbannya dixxxxxx atau dixxxxxxx dulu. Lebih seru. Ini mah terlalu
cepet matinya.” Tuh. Psiko gila.
Mungkin sebagian orang akan menganggap film2
semacam SAW atau Texas Chainsaw Massacre adalah keren. Film2 yang bisa membuat
penontonnya memiliki strata lebih tinggi daripada yang sekedar liat film action
Jackie Chan. Bahkan di status facebook temen gue ada yang mengatakan kalo liat
film The Raid nya Iko Uwais (menurut gue film itu emang sadis tapi masih bisa
gue tolerir dan harus gue akui seru) itu nggak sebanding sadisnya dari film SAW
yang selama ini dia lihat. Katanya The Raid itu berasa liat Happy Tree Family
(Kartun yang tak akan pernah gue lihat).
Tapi bagi gue, film seperti itu
nggak keren. Asli. Biarpun itu film efeknya nyaris seperti sungguhan atau
banyak yang bilang ‘lo nggak liat SAW, lo nothing’ bagi gue film seperti itu
nggak akan membuat gue kagum. Jujur saja, gue ini mungkin nyalinya ciut. Atau
punya penyakit dimana melihat darah akan lemas seketika. Melihat tikus yang
ditenggelamkan atau dibakar hidup-hidup saja sudah membuat gue muak. Pernah gue
mau kolaps gara-gara membawa darah dari PMI buat ibu gue yang dirawat di RS.
Ada perasaan seperti ini “gue lagi membawa benda yang seharusnya ada dalam
tubuh. bukan diluar tubuh.”
Maka dari itu ketika melihat film2
pembantaian ada perasaan menggelisahkan ketika melihat orang lain disiksa
sebelum dibunuh. Pernah kepikir bagaimana kalau yang dibunuh itu orang kita
kenal? Bahkan dekat dengan kita? Atau bahkan kita sendiri? Yap. Gue selalu
mikir (padahal gue udah mati2an menghindari pemikiran ini) kalau posisi si
korban adalah gue. Apa yang musti gue lakukan? Jelas nasib gue antara kematian
dan menanti keajaiban.
Tuhan, nggak menciptakan kita dalam
sehari (walau Dia bisa melakukannya) ada proses dimana kita dari daging dan
darah ke bentuk sempurna dan butuh waktu seenggaknya 8-9 bulan. Tapi di
film-film itu sepertinya nyawa itu bisa dibeli di toko. Jadi nggak masalah gitu
kita nyiksa2 hingga dia mati. Nggak berharga sama sekali.
Proses kematian yang seperti itu
yang sebenernya nggak bisa gue terima, walau di dunia nyata pun ada proses
kematian yang sadis. Tapi sangat disgusting sekali proses kematian yang sadis
itu dijadiin hiburan. Ditonton dan dikomentari. Playing God banget, kayak kita
bisa bikin nyawa dan mempermainkan nyawa.
Tapi biasanya di film2 , yang dibantai kan orang jahat?
Biasanya film yang pernah gue lihat
(dengan terpaksa), pembunuhnya yang penjahat gila.
Tapi di film SAW nggak. Kebanyakan orang jahat.
Dr. Saw kan gila. Lalu apa guna
hukum?
Hukum nggak guna buat orang kayak gitu! Bantai aja!
Trus, kalo udah dibantai apa akan
menyelesaikan masalah2 lainnya?
Seenggaknya berkurang sampah masyarakat.
Hmm, pembunuhnya juga penjahat.
Bisa2 dia bunuh orang gak berdosa juga.
Pokoknya kan bukan gue yang bunuh.
Tapi ikut menikmati pembunuhan itu
kan? Apa itu membuat lo jadi bebas dosa?
Menurut gue, kematian tetap milik
Tuhan.
Itu kan cuma film!
Banyak kok pembunuh betulan yang
terinspirasi film.
Yang penting gue nggak, kan?
Yah, walaupun gue mau koar2 kalau
film2 itu nggak keren, juga nggak akan menghentikan para penikmat film2
tersebut untuk tetap menonton. Ini memang masalah selera dan persepsi. Selera
gue memang film2 thriller (bukan sejenis yang menampilkan adegan penyiksaan),
sejarah atau yang muter otak macam The Prestige dan Saving Private Ryan.
Persepsi gue mempermainkan nyawa manusia pake instrument penyiksaan itu bukan
hiburan. Penikmat film nggak ubahnya penikmat musik, beda2. Jadi yaaah, gue
cuma bisa ngejudge “Film pembantaian itu nggak keren’’ tapi bukan hak gue
melarang orang yang mau melihatnya untuk melihatnya. I’m just showing my
opinion.
PS. Walaupun Abang Chester
Bennington tercinta pernah main film SAW, gue GAK AKAN PERNAH mencoba
melihatnya. Liat orang lain disiksa aja ogah apalagi orang yang gue cintai? :p
No comments:
Post a Comment